MAKALAH
BEDAH MINOR
( PENANGANAN LUKA TERINFEKSI )
DISUSUN OLEH KELOMPOK 9 :
ARBAIDAH
DAVID
ABRAHAM NATHANAEL ESRA
SITI SARAH
(
KELAS XI PK 1 )
SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 MURUNG PUDAK
PROGRAM
KEAHLIAN KEPERAWATAN
TAHUN
AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Segala puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “bedah minor penanganan
luka terinfeksi”.
penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat diperlukan penulis demi
kesempurnaan penulis dikemudian hari.
Semoga
segala bentuk upaya telah penulis laksanakan akan membuahkan hasil sesuai
dengan yang diharapkan dan semoga makalah dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri, pembaca sekalian, serta masyarakat banyak terutama hal menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tabalong, 31 Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
1.3.1
Tujuan
Umum.............................................................................. 2
1.3.2
Tujuan
Khusus............................................................................. 2
1.4 Manfaat................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
2.1 Pengertian Luka................................................................................... 3
2.2 Tanda-Tanda Infeksi............................................................................ 3
2.3 Penanganan Luka Terinfeksi................................................................ 4
2.4 Pencegahan Luka Terinfeksi................................................................ 5
2.5 Perawatan Luka................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.................................................................................. 9
3.1 kesimpulan........................................................................................... 9
3.2 saran..................................................................................................... 9
3.2.1 Bagi Masyarakat............................................................................. 9
3.2.2 Bagi Sekolah................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Luka adalah suatu
diskontinuitas jaringan yang disebabkan karena trauma, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk dari luka berbeda
tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan tertutup. Salah satu contoh luka
terbuka adalah insisi dengan robekan linier pada kulit dan jaringan di bawahnya
oleh karena itu sangat penting untuk mengembalikan integritas kulit sesegera
mungkin. Kulit berperan penting dalam kehidupan manusia, antara lain dengan
mengatur keseimbangan air serta elektrolit,termoregulasi, dan berfungsi sebagai
sawar terhadap lingkungan luar termasuk mikroorganisme (Pusponegoro dkk., 2005;
Cohen dkk., 1999).
Tujuan utama pengobatan luka adalah
mengembalikan fungsi dan bentuk jaringan kulit kembali normal dengan komplikasi
seminimal mungkin. Luka yang terjadi akan mengalami proses penyembuhan secara
alami dengan melewati tahap-tahap penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka
adalah proses normal yang terjadi di dalam tubuh (Guo dan Dipietro, 2010).
Proses ini dapat dibagi ke dalam 3 fase utama yaitu inflamasi, proliferasi atau
fibroplasia, dan remodeling. Proses proliferasi dimulai pada hari ke-4 dan akan
mencapai puncaknya pada hari ke-7. Ketiga tahap proses penyembuhan luka tersebut
terjadi secara tumpang tindih (Kalfas, 2001).
Infeksi luka pasca operasi
merupakan kejadian yang sering ditemukan pada kasus tindakan bedah. Sekitar
10-16% dari seluruh kasus infeksi di rumah sakit adalah infeksi luka pasca
operasi (Singhal dan Zammitt, 2002) dan 77% dari kasus infeksi tersebut
menyebabkan kematian (Mangram, 1999).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Apa
Saja Pengertian Luka ?
1.2.2
Apa
Saja Tanda-Tanda Infeksi ?
1.2.3
Apa
Saja Penanganan Luka Terinfeksi ?
1.2.4
Apa
Saja Pencegahan Luka Terinfeksi ?
1.2.5
Apa
Saja Perawatan Luka ?
1.3 TUJUAN
1.3.1
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui
tentang bedah minor penanganan luka terinfeksi lebih luas lagi.
1.3.2
Tujuan
khusus
a. Untuk mengetahui tentang Pengertian Luka
b. Untuk mengetahui tentang Tanda-Tanda Infeksi
c. Untuk mengetahui tentang Penanganan Luka Terinfeksi
d. Untuk mengetahui tentang Pencegahan Luka Terinfeksi
e. Untuk mengetahui tentang Perawatan Luka
1.4 MANFAAT
Manfaatnya
adalah mengetahui apa saja bedah minor penanganan luka terinfeksi sehingga
menambah wawasan yang lebih luas lagi dari makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN LUKA
Infeksi adalah masuknya mikroorganisme patogen atau
kuman ke dalam tubuh dan jaringan yang terjadi pada individu
2.2 TANDA –TANDA INFEKSI
2.2.1
Badan
terasa panas
2.2.2
Luka
kemerahan
2.2.3
Luka
bengkak
2.2.4
Luka
bernanah
2.2.5
Luka
keluar cairan bening dan campur darah.
2.2.6
Nyeri
pada luka yang bertambah keras
2.3 PENANGANAN LUKA TERINFEKSI
2.3.1
Etiologi
Selulitis sering disebabkan infeksi streptokok. Bila terjadi pada luka yang dijahit primer biasanya disebabkan oleh stafilokok. Suatu infeksi yang berat kemungkinan merupakan infeksi Clostridial myositis (gangren gas dengan masa inkubasi _+ 48 jam) dan Clostridial cellulitis (masa inkubasi 3-4 hari).
Selulitis sering disebabkan infeksi streptokok. Bila terjadi pada luka yang dijahit primer biasanya disebabkan oleh stafilokok. Suatu infeksi yang berat kemungkinan merupakan infeksi Clostridial myositis (gangren gas dengan masa inkubasi _+ 48 jam) dan Clostridial cellulitis (masa inkubasi 3-4 hari).
2.3.2
Manifestasi
Klinis
Luka dinyatakan terkena infeksi, menjadi abses atau selulitis bila terdapat tanda tanda: tumor (massa, edema), kalor (kenaikan suhu), rubor (warna kemerahan/eritema), dan dolor (rasa nyeri). Selain itu luka yang terus-menerus mengeluarkan eksudat purulen atau luka kronis yang disertai infeksi juga menunjukkan terjadinya infeksi. Sebagian besar infeksi bermula sebagai selulitis. suatu infeksi jaringan kulit dan subkutis yang tidak terlokalisir.
Luka dinyatakan terkena infeksi, menjadi abses atau selulitis bila terdapat tanda tanda: tumor (massa, edema), kalor (kenaikan suhu), rubor (warna kemerahan/eritema), dan dolor (rasa nyeri). Selain itu luka yang terus-menerus mengeluarkan eksudat purulen atau luka kronis yang disertai infeksi juga menunjukkan terjadinya infeksi. Sebagian besar infeksi bermula sebagai selulitis. suatu infeksi jaringan kulit dan subkutis yang tidak terlokalisir.
Suatu infeksi yang berat oleh Clostridial myositis mula-mula
ditandai dengan nyeri. Kulit di sekitar luka berwarna pucat, mengkilat, serta
sembab. Biasanya disertai keluarnya cairan encer kecoklatan yang berbau busuk.
Kadang-kadang disertai tanda-tanda sistemik seperti demam dan menggigil.
Sementara infeksi terus berjalan, tekanan darah akan menurun dan pasien tampak
sangat lemah. Krepitasi baru terjadi bila proses telah lanjut.
Sedangkan infeksi oleh Clostridial cellulitis adalah
infeksi fasia dan jaringan ikat yang disertai krepitasi. Meski secara sistemik
kurang toksik, kerusakan jaringan yang terjadi bisa sangat luas.
2.3.3 Penatalaksanaan
1. Pada tahap awal, atasi dengan pemberian antibiotik
2. Bila telah terjadi
supurasi dan fluktuasi, lakukan insisi
2.3.4 Tindakan
1. Perlengkapan: cairan antiseptik, alat dan zat
anestesi, skalpel bermata nomor 11, kuret, kassa, tampon, pembalut
2. Tindakan
dilakukan sesuai prinsip asepsis dan antisepsis
3.
Tindakan anestesi:
·
Bila
letak abses di permukaan, lakukan anestesi dengan etil klorida
yang disemprotkan sampai terbentuk lapisan putih mirip salju.
4. Tusukkan dan buat insisi lurus dengan mata
skalpel ke dalam abses di tempat yang mempunyai fluktuasi maksimal. Bila
rongga abses cukup besar dan kulit di atasnya mengalami nekrotik,
lakukan insisi silang kemudian atap abses dibuang dengan mengeksisi sudut-sudutnya. Jika
tidak ingin melakukan eksisi, sayatan harus cukup panjang agar luka
terbuka lebar dan tidak terlalu cepat menutup kembali.
5. Keluarkan pus. Lokuli di dalam abses dapat dirusak dengan jari, sedangkan membrannya bisa
dikeluarkan dengan hati-hati dengan alat kuret.
6. Setelah pus dikeluarkan seluruhnya, rongga diisi
tampon. Dapat digunakasn tampon berupa pita yang bisa terbuat dari kasa yang
telah dibasahi parafin atau potongan sarung tangan steril. sisakan ujung pita
di luar rongga. Tampon tidak boleh dijejalkan terlalu padat karena akan
menghalangi keluarnya eksudat dan menghambat obliterasi luka.
7. Tutup luka dengan balutan yang menyerap cairan
sebagai kompres basah dan memberikan tekanan yang lebih dibanding biasanya.
Kompres dapat menggunakan larutan garam fisiologis atau antiseptik ringan.
Balutan diganti minimal sehari 3 kali.
8. Periksa luka 24 – 48 jam kemudian dan angkat
tampon. Bila eksudat masih mengalir ulangi tindakan ini tiap 48 – 72 jam sampai
tanda-tanda penyembuhan mulai terlihat.
2.4 PENCEGAHAN LUKA TERINFEKSI
1.4.1
Jaga
Kebersihan Badan
Bersihkan badan dengan waslap 2 kali sehari dan
gunakan sabun, tetapi hindari luka agar tidak terkena air.
1.4.2
Makan
makanan yang mengandung gizi seperti ikan, telur daging, tahu, tempe sayur,
buah dan susu.
1.4.3
Lakukan
mobilisasi sedini mungkin sesuai dengan kemampuan.
1.4.4
Minum
air paling sedikit 2 liter perhari.
1.4.5
Minum
obat secara teratur.
1.4.6
Waspada
jika ada tanda-tanda badan panas, luka bengkak dan tambah sakit.
1.4.7
Perhatikan kebersihan luka.
2.5 PERAWATAN LUKA
Pengetahuan operator tentang
komplikasi yang akan terjadi akan membekali pasien/ orangtua/ wali
dalam pemeliharaan dan pengawasan luka paska operasi. Seringkali operator
lupa menjelaskan berbagai hal yang harus atau tidak boleh dilakukan setelah
operasi
Seperti pada perawatan paskaoperatif lain, perawatan setelah bedah
minor pun tidak berbeda. Yang membedakan adalah ukuran lukanya relatif kecil.
Luka operasi sebaiknya tetap kering, minimal selama tiga hari untuk menghindari
kontaminasi kuman.
2.5.1 Penggantian Balutan
Pelepasan balutan ini dapat dilakukan pada hari ketiga karena pada saat
tersebut luka umumnya sudah kering. Jika terjadi kesulitan melepaskan kasa,
luka dapat dibasahi dahulu dengan iodin povidon 10% atau cairan steril lainnya
beberapa saat sampai kasa basah dan mudah dilepas.
Setelah luka kering, tidak perlu lagi dibungkus dengan kasa, jika masih
sedikit basah bisa ditetesi iodin povidon 10% sampai luka kering,
Jika luka produktif apakah mengeluarkan nanah atau seroma, maka segera
harus dievakuasi. Evakuasi bisa dilakukan dengan menekan luka atau embuka
sebagian jahitan. Selanjutnya dapat dilakukan penggantian balutan yang menyerap
cairan/pus. Selengkapnya dapat dilihat di komplikasi paska operasi
2.5.2 Pengangkatan Jahitan
Pengangkatan jahitan dilakukan jika benang yang digunakan jenis non
absorbable. Pengangkatan tergatung pada
a. Jenis
operasi
b. Lokasi
c. Jenis
benang
Pada penjahitan di muka dengan menggunakan benang di atas 5-0 umumnya
dibuka hari ke 3 – 5.
|
Area
|
Removal
time (days)
|
|
Face
|
3 to 5
|
|
Neck
|
5 to 8
|
|
Scalp
|
7 to 9
|
|
Upper extremity
|
8 to 14
|
|
Trunk
|
10 to 14
|
|
Extensor surface hands
|
14
|
|
Lower extremity
|
14 to 28
|
Teknik pengangkatan jahitan dapat dilihat di bab ikatan dan jahitan
2.5.3 Monitoring Tanda-Tanda Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan infeksi. Komplikasi lainnya jarang ditemukan, kenali gejala dan tandanya .
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan infeksi. Komplikasi lainnya jarang ditemukan, kenali gejala dan tandanya .
1. Perdarahan
Perhatikan
jika ada perdarahan aktif. Lakukan dep dengan kasa dalam beberapa menit. Jika
tidak dapat diatasi maka lakukan eksplorasi dengan membuka jahitan di arah
tempat sumber perdarahan.
2. Hematom
Terdapat
bekuan darah sebagai akibat terputusnya pembuluh darah dan darah berkumpul di
jaringan ikat longgar. Hematom dapat aktif ataupun pasif. Aktif artinya
hematom terus membesar karena bekuan yang terbentuk tidak mampu menutup
pembuluh darah yang pecah. Jika ini terjadi maka harus dilakukan eksplorasi
ulang dan dilakukan hemostasis. Jika hematom tetap tidak membesar, maka kalau
ukurannya relatif kecil tidak masalah sepanjang tidak mengganggu penjahitan
atau kosmetik .
3. Seroma
Cairan
yang keluar dari luka atau bekas manipulasi tindakan yang bersumber dari
ekstravasasi pembuluh darah dan lymp. Jika aktif maka salah satu jahitan dibuka
untuk memberi jalannya cairan keluar. Dapat juga menggunakan balutan yang
bersifat absorben, misalnya yang mengandung agar-agar laut atau bio-ceramic.
4. Infeksi
Terjadi
mulai hari kedua dan sering muncul di hari ke 3. Tanda dan gejalanya:
a. Edema
b. Kemerahan
c. keluar
eksudat yang bertambah banyak
d. demam
e. takikardi
f. nyeri
Jika dijumpai tanda-tanda tadi, maka cucilah luka sampai bersih dengan
NaCl 0,9 % Jaringan nekrotik dan eksudat harus dibersihkan sampai maksimal.
Jika ada krusta maka harus diangkat karena dibawahnya hampir dipastikan terjadi
koloni kuman. Berikanlah tambahan antibiotik dengan dosis yang sudah dihitung
untuk 3 hari kedepan. Jika 3 hari tidak memberikan respon maka lakukanlah tes
kultur dan resistensi. Sambil menunggu hasil tes kultur dan resistensi,
gantilah antibiotik dengan golongan lain. Perlu diperhatikan tanda dan gejala
berbagai komplikasi yang mungkin terjadi. Uraian rinci dapat dibaca di bab
berikutnya.
5.
Wound Dehiscence
Terbukanya luka
operasi karena proses inflamasi dan atau infeksi yang mengganggu healing.
Jika luka kotor, maka dilakukan perawatan luka terbuka dengan mencuci dengan
NaCl 0,9 % dan atau dengan larutan antiseptik. Setelah terbentuk granulasi atau
luka bersih maka dilakukan penjahitan kembali (secondary suture)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bedah
minor penanganan luka terinfeksi merupakan Infeksi masuknya mikroorganisme patogen atau kuman ke
dalam tubuh dan jaringan yang terjadi pada individu.
3.2 SARAN
3.2.1
bagi masyarakat
diharapkan makalah ini bisa
menambah wawasan masyarakat tentang bedah minor penanganan luka terinfeksi.
3.2.2
bagi sekolah
Diharapkan
siswa-siswi menjadikan makalah ini bahan bacaan dan menambah wawasan tentang
bedah minor penangan luka terinfeksi serta memberikan manfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar